01. BANNANG BANNANG
Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu’-nennu’. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.
Filosofi dan Makna
Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.
Proses Pembuatan
Bannang-bannang terbuat dari campuran beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk, gula merah, air, dan minyak goreng kelapa. Pertama, beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk halus dicampur dengan gula merah dan air, kemudian aduk hingga encer dan rata. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam batok kelapa yang dibentuk menyerupai timba (dengan pegangan) yang bagian bawahnya dilubangi sebagai tempat keluarnya adonan.
Selanjutnya, adonan yang dimasukkan ke alat tersebut dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah panas di atas wajan. Dalam proses penggorengan, gula merah yang sudah dihaluskan ditaburkan di atas adonan tersebut. Setelah adonan bannang-bannang sudah tampak matang, selanjutnya diangkat dari wajan dan dilipat menggulung. Kue bannang-bannang siap untuk disajikan.
Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu’-nennu’. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.
Filosofi dan Makna
Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.
Proses Pembuatan
Bannang-bannang terbuat dari campuran beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk, gula merah, air, dan minyak goreng kelapa. Pertama, beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk halus dicampur dengan gula merah dan air, kemudian aduk hingga encer dan rata. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam batok kelapa yang dibentuk menyerupai timba (dengan pegangan) yang bagian bawahnya dilubangi sebagai tempat keluarnya adonan.
Selanjutnya, adonan yang dimasukkan ke alat tersebut dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah panas di atas wajan. Dalam proses penggorengan, gula merah yang sudah dihaluskan ditaburkan di atas adonan tersebut. Setelah adonan bannang-bannang sudah tampak matang, selanjutnya diangkat dari wajan dan dilipat menggulung. Kue bannang-bannang siap untuk disajikan.
02. BIKANG DOANG
1.Bikang Doang
Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu’-nennu’. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.
Filosofi dan Makna
Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.
Proses Pembuatan
Bannang-bannang terbuat dari campuran beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk, gula merah, air, dan minyak goreng kelapa. Pertama, beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk halus dicampur dengan gula merah dan air, kemudian aduk hingga encer dan rata. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam batok kelapa yang dibentuk menyerupai timba (dengan pegangan) yang bagian bawahnya dilubangi sebagai tempat keluarnya adonan.
Selanjutnya, adonan yang dimasukkan ke alat tersebut dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah panas di atas wajan. Dalam proses penggorengan, gula merah yang sudah dihaluskan ditaburkan di atas adonan tersebut. Setelah adonan bannang-bannang sudah tampak matang, selanjutnya diangkat dari wajan dan dilipat menggulung. Kue bannang-bannang siap untuk disajikan.
Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu’-nennu’. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.
Filosofi dan Makna
Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.
Proses Pembuatan
Bannang-bannang terbuat dari campuran beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk, gula merah, air, dan minyak goreng kelapa. Pertama, beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk halus dicampur dengan gula merah dan air, kemudian aduk hingga encer dan rata. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam batok kelapa yang dibentuk menyerupai timba (dengan pegangan) yang bagian bawahnya dilubangi sebagai tempat keluarnya adonan.
Selanjutnya, adonan yang dimasukkan ke alat tersebut dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah panas di atas wajan. Dalam proses penggorengan, gula merah yang sudah dihaluskan ditaburkan di atas adonan tersebut. Setelah adonan bannang-bannang sudah tampak matang, selanjutnya diangkat dari wajan dan dilipat menggulung. Kue bannang-bannang siap untuk disajikan.
02. BIKANG DOANG
1.Bikang Doang
Bikang Doang adalah kudapan khas makassar yang biasanya di sajikan
saat sedang bersantai ataupun saat manjamu tamu. makanan ini terbuat
dari tepung terigu, tepung beras, sayuran seperti wortel, kol putih, dan
juga daun bawang yang kemudian di goreng, yang membuat makanan ini
berbeda dengan bakwan adalah adanya penambahan udang di atasnya sebagai
topping dan kudapan ini di sajikan dengan sambal sesuai selera
SOURCE : http://kulinerghostea.blogspot.com/2018/10/
Comments
Post a Comment